Saat Turun Wahyu Pertama

Selagi usia Beliau genap 40 tahun, suatu awal kematangan dan ada yang berpendapat bahwa pada usia inilah para rasul diangkat menjadi rasul, mulai tampak tanda-tanda nubuwwah yang menyembul dari balik kehidupan pada diri beliau. Diantara tanda-tanda itu adalah mimpi yang hakiki. Selama enam bulan mimpi yang beliau alami itu hanya menyerupai fajar subuh yang menyingsing. Mimpi ini termasuk salah satu bagian dari 46 bagian dari nubuwwah. Akhirnya pada bulan Ramadhan pada tahun ketiga dari masa pengasingan di Gua Hira’, Allah berkehendak untuk melimpahkan rahmat-Nya kepada penghuni bumi, memuliakan beliau dengan nubuwwah dan menurunkan Jibril Kepada beliau sambil membawa ayat-ayat Alquran.

Setelah mengamati dan meneliti berbagai dalil dan perbandingan yang lain, maka memungkinkan untuk membuat ketetapan tentang hari itu, yaitu pada hari Senin, malam tanggal 21 dari bulan Ramadhan, atau bertepatan dengan tanggal 10 Agustus 610 M. Usia Beliau saat itu genap 40 tahun lebih 6 bulan 12 hari menurut perhitungan kalender Hijriah atau 39 tahun lebih 3 bulan 20 hari menurut perhitungan perhitungan kalender Syamsiah.

Ada perbedaan pendapat yang cukup tajam antara para pakar sejarah dalam menetapkan awal bulan saat beliau menerima wahyu pertama. Diantara mereka lebih banyak yang menetapkannya pada bulan Rabiul Awal. Namun ada segolongan lain yang menetapkan bulan Ramadhan, dan golongan lain yang menetapkannya bulan Rajab. Lihat Mukhtashar Sirah al-Rasul Syekh Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahab Al-Najdi halaman 75. Kami menguatkan pendapat kedua, yaitu pada bulan Ramadhan, yang dikuatkan firman Allah: “Bulan Ramadhan bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran.” (Al-Baqarah: 185) Begitu pula firman Allah: “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Alquran) pada Lailatul Qadar.” (Al-Qadr: 1) Sebagaimana yang sudah diketahui bersama, Lailatul Qadar adalah pada bulan Ramadhan. Inilah yang di maksud firman Allah: “Sesungguhnya Kami menurunkan pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya kamilah yang memberi peringatan.” (Al-Dukhan: 3) Karena saat itu beliau berada di Gua Hira’, yang berarti Jibril turun di sana sebagaimana yang sudah diketahui.

Ada pula perbedaan pendapat diantara para pakar tentang penentuan harinya dari bulan Ramadhan. Ada yang berpendapat pada hari ketujuh, ada yang berpendapat pada hari ke-17, ada yang berpendapat pada hari ke 18, lihat Mukhtashar Sirah al-Rasul halaman 75, dan Rahmah lil ‘Alamin 1/49. Al-Khadhri menegaskan dalam Al-Mudharatnya, pada hari ketujuh belas.

Kami menguatkan pendapat yang menyatakan pada tanggal 21, sekalipun kami tidak melihat orang yang menguatkan pendapat ini. Sebab semua pakar biografi atau setidak-tidaknya mayoritas di antara mereka sepakat bahwa beliau diangkat sebagai Rasul pada hari Senin. Hal ini diperkuat riwayat para Imam Hadits, dari Abu Qatadah ra. bahwa Rasulullah SAW. pernah ditanya tentang puasa hari Senin. Maka beliau menjawab, “Pada hari inilah aku dilahirkan dan pada hari ini pula turun Wahyu (yang pertama) kepadaku,”. Dalam lafadz lain disebutkan, “Itulah hari aku dilahirkan dan pada hari itu pula aku diutus sebagai Rasul atau turun kepadaku Wahyu.” Lihat Shahih Bukhari 368, Ahmad 299, Al-Baihaqi 286-300, al-Hakim 602. Hari Senin dari bulan Ramadan pada tahun itu jatuh pada tanggal 7, 14, 21, dan 28. Beberapa riwayat yang shahih telah menunjukkan bahwa lailatul qadar tidak jatuh kecuali pada malam-malam ganjil dari 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan. Jadi jika dibandingkan antara Firman Allah: “Sesungguhnya kami menurunkannya (Alquran) pada Lailatul Qadr”, dengan riwayat Abu qotadah, bahwa hari diutusnya beliau sebagai Rasul jatuh pada hari Senin, serta berdasarkan penelitian ilmiah tentang jatuh nya hari Senin dari bulan Ramadan pada tahun itu, maka jelaslah bahwa diutusnya beliau sebagai Rasul jatuh pada malam tanggal 21 dari bulan Ramadhan.

Dari Kitab Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri.

Beritahu Teman 👇

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *