Profil Pendiri Pondok Modern Al-Islah Dorowati

KH. Muslich Abdullatief, Lc.

Pendiri Pondok Modern Al-Islah Dorowati, KH. Muslich Abdullatif, dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1953 di Desa Dorowati. Ibunya bernama Djemini (Hj. Siti Hadjar) dan ayahnya bernama Murtaqi (H. Abdullatif). Oleh karena kondisi sosial ekonomi kedua orang tuanya tergolong pas-pasan, ditambah kultur masyarakat pedesaan ketika itu kurang memperhatikan masalah pendidikan, maka Muslih kecil tidak mendapatkan cukup perhatian dalam masalah pendidikan, disiplin waktu maupun pakaian.

Setiap kali pulang sekolah SD, ia disuruh oleh neneknya untuk membantu melaksanakan pekerjaan sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan masyarakat desa; menggembala kerbau, mencangkul sawah, merumput dan lainnya hingga ia menamatkan pendidikannya dari Sekolah Dasar. Dengan didorong oleh keinginan yang kuat dan cita-cita yang luhur, meski tidak mendapat dukungan dari keluarga, ia pun tetap nekad melanjutkan sekolahnya pada tingkat Pendidikan Guru Agama (PGA) Ma’arif, dimana di kelas dua dipindahkan ke MTs dan tamat pada tahun 1971.

Atas saran gurunya saat di MTs yakni Bapak H. Mas’udi Alm. ketika itu, terbersitlah di hati beliau untuk melanjutkan pendidikan di Pondok Modern Gontor, Ponorogo Jawa Timur. Meski dengan susah payah untuk meyakinkan keluarganya, khususnya neneknya yang keberatan bila beliau mondok terlalu jauh, dan dengan bekal sedikit uang tabungan hasil keringatnya sendiri selama bekerja membantu sang nenek, akhirnya beliau benar-benar dapat mondok di sana dan menamatkan KMI (Kuliyatul Mu’allimin al-Islamiyah) pada tahun 1974.

Selama nyantri di Gontor inilah beliau membekali dirinya dengan ikut aktif dalam berbagai kegiatan santri baik organisasi, kepramukaan, olahraga, seni beladiri, jurnalistik, kesenian dan sebagainya. Dengan bekal ilmu dan pengalaman organsasi selama di gontor ini, beliau lalu berkesempatan melanjutkan studinya di King Abdul Aziz University atau Ummul Quro University, Mekah, Saudi Arabia dengan bantuan beasiswa. Di sana, beliau pun banyak dipercaya menjadi Pengurus PPI.

Pengalaman beliau selama kurang lebih 7 tahun di tanah suci ini, membuat beliau mendapatkan kesempatan mengunjungi umat Islam di berbagai negara Asia, seperti Singapura, Hongkong, Taiwan, Jepang, Pakistan, India, dan Malaisia pada tahun 1979. Pada tahun berikutnya, ia berkesempatan pula mengunjungi umat Islam di berbagai daerah di tanah air, seperti; Ujung Pandang, Bali, Sorong, Biak, dan Jayapura.

Pengalaman-pengalaman itulah yang semakin mendorong beliau kembali ke kampung halaman dan mendirikan sebuah Lembaga Pendidikan Islam sebagaimana yang beliau alami di Pondok Modern Gontor. Cita-cita ini kiranya telah lama terbersit dalam benaknya sejak pertengahan tahun pertama beliau nyantri di Gontor dan akhirnya pada tahun 1984, cita-cita itu terwujud dengan membangun Pondok Pesantren Modern yang diberi nama Al-Islah.

Selain menjadi Pimpinan Pondok Modern Al-Islah beliau juga dipercaya oleh masyarakat setempat untuk ikut membantu berbagai bidang organisasi, seperti GP Ansor Kebumen, Staff Ahli Baziz Kebumen dan ICMI Orsat Kebumen.

Beritahu Teman 👇

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *