JARE SIMBAH
“Omahmu ojo mbok pageri nganggo pring, pagerono nganggo piring”
Tak kurang bahkan tak hilang termakan zaman, nasehat yang disampaikan oleh orang2 tua kita, mereka dengan ikhlasnya mempelajari alam, sosial, bahkan politik walau tak pernah makan bangku sekolah. Sehingga mereka mengajarkan kepada anak cucu mereka dengan hikmah2 yang sangat luar biasa.
Seperti nasehat si Mbah di atas, dengan ungkapan yang cukup sederhana, namun memendam ilmu, hikmah, bahkan sunnah Rosul Muhammad SAW.
Ungkapan di atas memiliki makna pertahanan rumah dari gangguan hewan atau orang dr luar, karna memang itulah fungsi pagar, menjaga apa yg ada di dalam pagar. Namun ungkapan di atas memiliki kerancuan secara tekstualnya, “Omahmu ojo mbok pageri nganggo pring” (Rumahmu jangan dikasih pagar dari bambu) “pagerono nganggo piring” (tapi kasihlah pagar dari piring)
Bahwa ungkapan ini bukan memerintahkan seseorang untuk membuat pagar dengan bahan baku piring, atau membuat pagar dengan menambahkan pecahan2 piring di atasnya. Namun nasehat si Mbah tersebut memiliki makna bahwa kita tak perlu repot2 membuat pagar yg tinggi dan kuat untuk melindungi rumah kita. Melainkan kita cukup membuat pagar piring, dengan makna memberikan sebagian yg kita miliki kepada tetangga, di saat kita di beri rizqi dapat memasak daging ayam misalkan, maka tetangga cukuplah untuk ikut merasakannya, di ambilkan satu piring masakan kita, dan lain sebagainya.
Bahkan tuntunan ini disampaikan oleh manusia termulya seluruh zaman, dengan sabdanya ;
عن أبى ذر رضى الله عنه قال: قال رسول الله ص.م.
(( يَا أَبَا ذَرٍّ ، إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً ، فَأكثِرْ مَاءهَا ، وَتَعَاهَدْ جيرَانَكَ )) رواه مسلم
Dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai Abu Dzarr, jika engkau memasak masakan berkuah, maka perbanyaklah kuahnya dan perhatikanlah tetanggamu.” (HR Muslim)