Makna Hijrah Sesungguhnya

Tahun hijriyah merupakan tahun dengan menggunakan perhitungan bulan. Disebut hijriyah karena ditandai dengan hijrahnya Nabi Saw dari Makkah al-Mukarramah menuju ke Madinah al-Munawarah, sejak itu tahun hijriyah dimulai.

Makna Hijrah

Hijrah menurut etimologi berarti meninggalkan. Dalam QS al-Mudatsir ayat 5 Allah menggunakannya untuk makna itu.

والرجزَ فاهجُر

“… dan perbuatan dosa tinggalkanlah”.

Sedang menurut terminologi, hijrah berarti meninggalkan kota Makkah menuju kota Madinah. Rasulullah Saw hijrah bersama para sahabatnya dari Makkah menuju Madinah adalah untuk kesuksesan missi beliau, yaitu menegakkan ajaran Islam di jagad ini. Selama di Makkah, penyebaran Islam menghadapi kendala yang luar biasa berat. Karena itu beliau beberapa kali melakukan hijrah, seperti ke Thaif dan Habasyah, sebelum beliau berhijrah secara permanen ke Madinah al-Munawaroh.

Konsep Hijrah

Hijrah merupakan jalan hidup yang harus ditempuh untuk mencapai kemajuan dan keberhasilan, maka Rasulullah setelah penaklukan kota Makkah menyatakan dengan tegas :

لا هجرةَ بعد الفتح، ولكن جهادٌ ونيّةٌ، وإذا استُنفِرتم فانفِروا

“Tidak ada hijrah setelah penaklukan kota Makkah, akan tetapi yang ada adalah jihad dan niat. Apabila kamu dipanggil Allah untuk berjuang, maka hendaklah kamu siap siaga.”

Sabda Rasulullah Saw itu tidak berarti menghilangkan syariah hijrah, melainkan justru mengidentikkannya dengan jihad. Selanjutnya Rasulullah merumuskan hijrah secara definitif melalui sabda beliau:

المسلم مَن سلِم المسلمون مِن لسانه ويده، المهاجر مَن هجر ما نهى الله عنه

“Orang Islam adalah orang yang membuat rasa aman orang-orang Islam yang lain berkat upaya lisan dan tangannya. Muhajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang Allah.”

Formulasi Hijrah

Berdasarkan definisi itu, maka hijrah dapat diformulasikan dalam bentuk transformasi nilai dan reformasi segala aspek kehidupan, dari kemungkaran dan kemaksiatan menjadi kebajikan dan amal saleh, dari keterbelakangan menjadi kemajuan, dari kebodohan menjadi pencerahan, dari kesempitan ekonomi menjadi kelapangan dan kesejahteraan, dari kerancuan dan karut marut menjadi keteraturan, dari kedzaliman menjadi keadilan, dari kepalsuan, kecurangan, dan kemunafikan menjadi kejujuran dan amanah, dari kerusakan menjadi keutuhan, dari kesedihan menjadi keceriaan dan kebahagiaan, dst.

Hijrah di dalam banyak ayat disandingkan dengan kata jihad, dan oleh Rasulullah pun hijrah diidentikkan dengan jihad, karena memang untuk berhijrah dibutuhkan jihad atau kesungguhan kerja keras. Tanpa jihad mustahil kita akan bisa meningkat ke peringkat yang lebih baik. Mari kita simak dan perhatikan serta amalkan firman Allah dalam QS al-Taubah 20:

الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّه،ِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ

“Orang-orang yang beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.”

Ayat di atas menegaskan kepada kita bahwa kunci keberhasilan, baik di dunia maupun di akhirat, adalah iman, hijrah, dan jihad. Marilah kita mantapkan keimanan kita, kita nyalakan semangat berhijrah dan berjihad, kita tumbuhkan spirit continuous improvement. Tanpa tiga hal ini, kita jangan bermimpi di siang bolong untuk bisa meraih kehidupan bahagia sejahtera di dunia dan akhirat kelak.

Wallahu a’lam.

Oleh: Dr. Ayoeb Amin, LIS., M.A.

Beritahu Teman 👇

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *